Edy Santosa, Peternak Bebek yang Sukses
Tahun 2009 ternyata menjadi sejarah baru dalam pengalaman Edy Santosa, karena mengawali pengetahuannya dalam beternak itik/bebek. Berbekal ilmu seadannya, bapak tiga anak ini berhasil mengembangkan peternakan itik jenis mojosari dengan omzet puluhan juta.
Menjadi peternak itik, bukanlah usaha utama bagi Edy (sapaan akrab Edy Santosa), pasalnya dia juga mempunyai kesibukan utama sebagai advokad. Beternak, kata dia, bukanlah pekerjaan yang hina dan bukan turun jabatan. Melainkan menyalurkan hoby yang sekaligus berniat ingin membantu pemerintah daerah dalam menjalan program ekonomi kemasyarakatan, khususnya di bidang peternakan.
Awal mula berniat ternak itik, Edy mengaku karena melihat pangsa pasarnya yang sangat cerah. Selama ini, katanya, telur itik maupun daging itik yang ada di Berau selalu didatangkan dari luar daerah. “Potensi ini sangat disayangkan bila tidak dikembangkaan didaerah sendiri, jika perlu Berau inilah jadi penghasil telur dan daging itik untuk kebutuhan luar daerah tersebut. Peluang ini sayang jika dibiarkan begitu saja, saya yakin Berau juga bisa dikembangkan peternakan itik,”ujar pria kelahiran Nanganjuk Jawa Timur 2 Januari 1977 ini.
Melihat potensi itu, Edy bersama rekannya yang juga tetangganya di Keluhatan Rinding Kecamatan Teluk Bayur, membentuk kelompok peternakan untuk mengajukan bantuan kepada PT Berau Coal dari program kemasyarakatannya. Sejak Desember 2009, bantuan dari perusahaan batu bara terbesar di Berau itu terwujud dengan bantuan 600 itik dan 15 karung pakan itik untuk Edy bersama rekan sekolompoknnya.
Minimnya pengetahuan, sempat menjadi batu sandungan bagi kata Edy bersamekannya, karena hampir seluruh itik yang sudah memasuki usia bertelur, tak kunjung menghasilkan telur yang memadai, karena itik-itik tersebut mengalami stres akibat kekurangan makanan dan perubahan pola makanan. “Pengalaman ini menjadi pelajaran yang berarti, karena beternak bebek Mojosari tidak asal dikasih makan seperti bebek pada umumnya,”kata Edy.
Hanya berselang beberapa bulan, teknik pengembangkan itik itu sudah di kuasai Edy bersama rekannya, sehingga di 2010 populasi itiknya meningkat jadi 864 itik dengan produksi telur 16 ribu butir dalam waktu 7 bulan. Memasuki 2011, merupakan masa yang baik bagi Edy, karena populasi itiknya meningkat tajam dengan jumlah 3.962 ekor dengan produksi telur mencapai 25.653 butir. Dan pada 2012, jumlah produksi telur itu meningkat signifikan menjadi 44.961 butir selama 5 bulan terakhir. “Bisa dipastikan, bila dalam 1000 itik, terdapat 60-70 persennya akan bertelur setiap hari. Telur itik ini dijual seharga Rp 2 ribu perbutir. Tinggal kalikan saja berapa hasil yang didapatkan dari telur ini,”imbuhnya.
Hoby yang digeluti Edy saat ini tidak hanya memproduksi telur, namun telah berkembang menjadi penyedia bibit itik (DOD) jenis Mojosari dan itik pedaging. Selain itu dikembangkan juga usaha telur asin dengan aneka rasa yang dikelola oleh kelopok peternaknya. “Kami sengaja membagi tugas ini, dikelompok kami ada yang khusus mengembangkan itik pedaging dan ada juga mengembangkan bibit itik. Begitupula dengan itik petelur dan hasil olahannya,”katanya.
Berkembangnya peternakan bebek ini, kata Edy, pihaknya siap berbagi ilmu dengan masyarakat Berau bila ingin membudidayakan itik tersebut. “Saya akan membuka peluang seluas-luasnya bila ada warga ingin belajar beternak itik, rumah saya sangat terbuka untuk berbagi ilmu ini,”ucapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar